Kilometer Nol, Sejarah Awal Mula Berdirinya Kota Bandung
Pada tahun 1810 Gubernur Jenderal
Daendels bersama bupati Wiranatakusumah II bertandang ke sebuah lokasi
hutan yang akan dilewati jalur pembangunan Grote Postweg (Jalan Raya
Pos). Sambil menancapkan tongkatnya Daendels berkata “Usahakan saat aku
datang lagi ke sini, sebuah kota sudah dibangun!”.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada 25
September 1810, Bupati Wiranatakusumah II mendapat SK (Surat Keputusan)
pemindahan kota kabupaten ke wilayah dimana Daendels menancapkan
tongkatnya. Tanggal surat SK itulah yang kini dijadikan patokan sebagai
hari lahirnya kota Bandung. Sedangkan tempat dimana Daendels menancapkan
tongkatnya itu kini dijadikan titik KM 0 dimana terdapat tugu atau
monumen “Kilometer Nol” yang kini letaknya persis di depan kantor Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat atau tepat di seberang hotel Savoy
Homan di jalan Asia Afrika Bandung.
Tugu atau monument “Kilometer Nol”
tersebut diresmikan gubernur Jawa Barat pada thun 2004. Selain tugu
terdapat juga monumen mesin penggilingan (stoomwals) kuno disertai
sebuah batu prasasti beruliskan sejarah yang menaungi keberadaannya.
Tugu dan monument mesin stoomwals ini didedikasikan bagi rakyat Priangan
yang menjadi korban kerja paksa saat membangun Jalan Raya Pos.
Setelah kisah tentang KM 0 buku ini
mengurai satu persatu ikon Bandung secara menarik. Ada yang memang
mungkin sudah sangat dikenal seperti Gedung Sate,kampus ITB, Gedung
Merdeka, dll, tapi ada juga yang mungkin merupakan hal-hal yang belum
diketahui khususnya bagi generasi muda Bandung. Kalaupun ikon tersebut
sudah dikenal tapi melalui buku ini pembaca akan menemukan kisah kisah
menarik dan unik dibalik ikon-ikon tersebut.
Misalnya fakta tentang ikon Bandung
paling terkenal yaitu Gedung Sate. Siapa yang menyangka kalau ternyata
di halaman Gedung Sate hingga kini masih tertanam empat jenazah pejuang
Bandung yang gugur untuk mempertahankan Gedung Sate dari Pasukan Gurkha
dan Nica pada tahun 1945. Lalu siapa yang tahu jika di Pabrik Kina yang
didirikan sejak 1896 itu memiliki lorong bawah tanah yang melintas di
jalan Pajajaran yang hingga kini masih dipakai untuk lalu lintas
karyawan pabrik yang hendak menyeberang ke pabrik di seberangnya.
Di buku ini akan terungkap pula bahwa
Badak Bercula satu yang kini hanya dapat ditemui di Ujung Kulon konon
kabarnya pernah memiliki habitat di Bandung saat masih berupa hutan dan
rawa rawa karenanya kawasan itu dinamakan Rancabadak (Rawa Badak) yang
sekarang menjadi Rumah Sakit Umum Dr. Hasan Sadikin, karenanya tak heran
jika dulu Rumah Sakit tersebut dikenal dengan RS Rancabadak.
Di bidang kuliner selain mengetengahkan
Brownies Amanda, lotek Edja, Es Oyen, Cireng Cipaganti, dan sebagainya
tercatat pula sebuah warung kopi Purnama di jalan Alketeri Bandung yang
ternyata sudah berusia seratus tahun dan tidak boleh ditutup oleh
pelanggannya. Walau telah berusia seratus tahun namun warung kopi
Purnama tidak pernah berniat untuk mengubah warungnya menjadi Kafe atau
lebih besar lagi, jadi ia tetap warung kopi yang bersaja hingga kini.
Masih banyak ikon-ikon menarik lainnya,
seperti tokoh-tokoh seni (Bimbo, Kang Ibing, Harry Roesli, dll), tempat
ibadah (Mesjid Cipaganti, Katedral, Gereja Betel), olah raga ( Pemandian
Tjihampelas, Stadion siliwangi, BHHH) dan sebagainya. Kesemua ikon
dalam buku ini disusun dengan gaya penulisan jurnalistik karena para
penulisnya adalah wartawan HU Pikiran Rakyat.
Dalam menampilkan setiap ikon selalu
terdapat sisi unik yang disajikan dengan gaya penulisan feature yang
ringkas, padat, dengan bahasa yang mudah dimengerti. Tiap ikonnya
umumnya tak lebih dari dua halaman yang dilengkapi dengan sebuah foto
hitam putih dan box keterangan berisi data-data tempat seperti tahun
berdirinya, alamat, nama pemilik, dsb. Sebagai buku yang mengungkap
ikon-ikon Bandung kehadiran buku ini dapat menjadi pelengkap literatur
tentang Bandung yang telah terlebih dahulu hadir seperti buku-buku karya
Haryanto Kunto (Wajah Bandung Tempo Doeloe, Semerbak Bunga di Bandung
Raya, Balai Agung di Kota Bandung, dll), Bandung Citra Sebuah Kota
(Robert PGA Voskuil, dkk ), Jendela Kota Bandung (Her Suganda), dan
sebagainya,
Yang agak disayangkan dari buku ini
adalah editing yang tidak maksimal karena disana-sini masih ada beberapa
kesalahan ketik yang seharusnya bisa dihindari oleh editor yang
tentunya telah terbiasa mengedit sebuah harian besar. Kesalahan fatal
terdapat di halaman 5 dimana tertulis surat keputusan p[emindahan Ibu
kota Kabupaten Bandung tertanggal 25 Mei 1810, seharusnya tanggal 25
September 1810 yang tanggalnya dijadikan acuan untuk memperingati hari
jadi kota Bandung.
Sumber BukuJudul : 200 ikon Bandung ; Ieu Bandung Lur!
Penulis : Ahda Imran, dkk
Koordinator Penulis : Zaky Yamani
Penerbit : Pikiran Rakyat
Sumber : http://www.infobdg.com/v2/kilometer-nol-sejarah-awal-mula-berdirinya-kota-bandung/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar