Minggu, 09 Maret 2014

Museum di Kota Bandung

Berwisata Ke Museum-Museum Yang Ada di Bandung

Written by  
 
BANDUNG, infobdg.com – Jika berwisata di Bandung tidak harus selalu wisata belanja dan wisata alam, di Bandung juga banyak tempat wisata sejarah dan edukasi seperti Museum. Ini adalah beberapa Museum yang ada di Bandung :

Museum Geologi 
images
Museum Geologi terletak di Jalan Dipenogoro No. 57 . Museum ini didirikan pada tanggal 16 Mei 1928,  awalnya gedung ini berfungsi sebagai laboratorium serta tempat penyimpanan hasil penyelidikan geologi dan pertambangan dari berbagai wilayah Indonesia. Tapi pada saat ini bukan hanya sarana penelitian yang ada disana namun ada sarana pendidikan, penyedia berbagai informasi tentang ilmu kebumian, dan menjadi objek pariwisata. Di Museum ini, tersimpan dan dikelola materi-materi geologi, seperti fosil, batuan, mineral. Kesemuanya itu dikumpulkan selama kerja lapangan di Indonesia sejak Tahun 1850.

Museum Konferensi Asia Afrika (KAA)
Museum Konferensi Asia Afrika_1
Museum Konferensi Asia Afrika (KAA) terletak di Jl. Asia Afrika No. 65.  Museum ini merupakan memorabilia dari Konferensi Asia Afrika. Museum ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan Gedung Merdeka. Secara keseluruhan Gedung Merdeka memiliki dua bangunan utama, yang pertama disebut Gedung Merdeka sebagai tempat sidang utama, sedangkan yang berada di samping Gedung Merdeka adalah Museum Konferensi Asia Afrika sebagai tempat memorabilia Konferensi Asia Afrika. Di gedung ini tersimpan peralatan dan replika yang berhubungan dengan Konferensi Asia Afrika.

Museum Sri Baduga
museum-negeri-sri-baduga2
Museum Sri Baduga terletak di Jalan BKR No. 185. Di Museum ini terdapat koleksi geologi, etnografi, arkeologi, filologi, seni rupa, teknologi, dan biologi serta benda sejarah khususnya sejarah Sunda. Museum ini mulai didirikan pada tahun 1974 dengan memanfaatkan bangunan lama bekas Kawedanan Tegallega, yang kemudian diresmikan pada tanggal 5 Juni 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan waktu itu, Daoed Joesoef.

Museum Wangsit Mandala Siliwangi 
Museum Wangsit Mandala Siliwangi adalah museum senjata yang terletak di Jalan Lembong No. 38.  Nama Siliwangi sendiri adalah seorang pendiri Kerajaan Padjadjaran, sedangkan arti Mandala Wangsit adalah sebuah tempat untuk menyimpan amanat, petuah atau nasihat dari pejuang masa lalu kepada generasi penerus melalu benda-benda yang ditinggalkannya.Nama jalan tempat museum ini, Jl. Lembong, diambil dari nama Letkol Lembong, salah satu prajurit Siliwangi yang menjadi korban dalam Peristiwa Kudeta Angkatan Perang Ratu  Adil. Sebelumnya jalan itu bernama Oude Hospitaalweg.
museum-militer-mandala-wangsit4
Museum Mandala Wangsit terdiri dari alat yang digunakan pada saat perang antara Jepang dan Indonesia. Terdapat beberapa alat yang digunakan pada saat perang, yaitu:
  • Bedug simarame
  • Senjata laras panjang dan pistol
  • Tentang terjadinya Peristiwa Bandung Lautan Api pada tanggal 24 Maret 1946 di Bandung
  • Peristiwa peracunan pada tanggal 17 Februari 1949
  • Dan yang digunakan oleh ki hajar dewantara adalah bedok dan di sana terdiri dua jubah berwarna putih dan hitam dan terdiri aula.
Museum Pos Indonesia
museum_pos_indonesia32
Museum Pos Indonesia Berada di  Jalan Cilaki No. 73 yang didalamnya membahas tentang sejarah dari mulai berdirinya Pos Indonesia. Koleksi Museum Pos Indonesia tidak semata-mata hanya di benda-benda pos dan telekomunikasi saja, melainkan memamerkan buku-buku, peralatan pos, visualisasi dan diorama kegiatan pengeposan. Keistimewaan dari Museum Pos Indonesia yaitu sekitar 50 ribulembar perangko dari 178 negara dari tahun 1933 sampai sekarang. Perangko pun diletakkan didalam lemari kaca yang disebut vitrin. Salah satu barang Pos yang disimpan adalah Prangko dari berbagai Negera, yang jika di uangkan bisa mencapai millyaran rupiah.

Sumber : http://www.infobdg.com/v2/berwisata-ke-museum-museum-yang-ada-di-bandung/

Pasar Unik di Kota Bandung

Pasar – Pasar Unik di Kota Bandung

Written by  
 
Bandung, infobdg.com – Di Kota Bandung cukup banyak terdapat pasar – pasar yang bisa di bilang unik, karena mereka menjual barang-barang seperti baju bekas, barang bekas, dan pasar yang menjual binatang.  Ini adalah beberapa pasar unik yang ada di Kota Bandung :

Pasar Cimol
e1ef8136dd227e97e4849613726f45a6_pasarcimolgedebagebandung
Sepertinya pasar Cimol sudah banyak dikenal banyak orang, bukan hanya orang Bandung bahkan orang dari luar kota pun banyak yang menyempatkan datang untuk berbelanja disini. Pasar Cimol ini banyak  menjual pakaian impor bekas dan saat ini banyak juga yang menjual barang buatan lokal. Pasar Cimol sekarang berlokasi di belakang pasar induk Gedebage, sebelumnya Pasar Cimol ini berlokasi di jalan Cibadak. Rata-rata pakaian yang dijual bisa didapatkan dengan harga Rp 5.000 sampai Rp 100.000. Pasar Cimol ini buka dari setiap hari dari jam 09.00 – 20.00.

Pasar Ikan Hias
urlBagi penggemar ikan hias ada Pasar Ikan Hias  di pinggir Jalan Peta No. 40, Bandung.  Di sepanjang jalan ini banyak terdapat pedagang-pedagang yang menawarkan ikan hias dan aksesoris. Pasar Ikan merupakan tempat yang cocok untuk para penggemar satwa laut,  Pasar Ikan Hias setiap harinya buka jam 08.00 – 20.00. Disini tersedia mulai dari ikan-ikan hias, hingga ikan yang digunakan untuk peternakan tambak. Kura-kura dan penyu pun turut diperjualbelikan di pasar ikan ini. Selain berbagai jenis ikan, aksesoris-aksesoris seperti aquarium, batu hias, dan obat-obatan untuk peliharaan binatang air tersedia disini.

Pasar Burung
blogger-image--796014122
Pasar Burung Sukahaji ini terletak Jl. Lingkar Selatan (Jln. BKR) persis di perempatan antara Jalan BKR dengan Jalan Jamika dan Jalan Pagarsih. Pasar ini berdiri  tahun 1994, pasar yang beroperasi dari pagi hingga sore ini menjual banyak jenis binatang. Selain burung, banyak hewan yang dijual di Pasar Burung Sukahaji ini. Mulai dari beberapa jenis unggas seperti ayam, bebek, dan angsa untuk dipelihara atau untuk keperluan konsumsi. Hewan-hewan lainnya yang ikut meramaikan pasar antara lain anjing, baik anjing hias maupun anjing penjaga; kucing, marmut, hamster, tupai, tikus putih, kelinci hingga beberapa hewan unik nan langka seperti kelelawar dan burung hantu.

Pasar Loak Astana Anyar
pasar-loak-antaranews1-300x200
Bagi Anda para penggila barang-barang bekas sebaiknya meluangkan waktu sejenak untuk belanja ke pasar loak Astana Anyar. Sesuai dengan namanya, pasar ini menjual segala barang-barang bekas pakai. Pedagang-pedagang barang loak ini membuka lapaknya di sepanjang Jalan Astana Raya hingga Jalan Pajagalan, Tegal Lega. Barang yang dijual beragam dari mulai mesin tik, radio, TV, kompor gas, kipas angin, sepeda, kamera analog, hingga kloset duduk pun ada di sini. Tak hanya barang-barang rumahan, pedagang barang loak ini juga menawarkan segala macam aksesoris kendaraan bermotor, aksesoris telepon genggam, barang-barang antik seperti lukisan, perkakas, dan peralatan dapur dari logam.

Sumber : http://www.infobdg.com/v2/pasar-pasar-unik-di-kota-bandung/

“Tangkuban Parahu” Wisata Dan Legenda Rakyat

Written by  
 
tangkuban-perahu (1)
BANDUNG, infobdg.com – Siapa yang tak kenal gunung tangkuban parahu. Gunung ini terkenal dari legenda rakyat yang terkenal yaitu legenda Sangkuriang. Selain tempatnya yang indah, legenda sangkuriang yang terkenal itu membantu gunung tangkuban parahu dikenal hampir di seluruh Indonesia, karena sangkuriang sudah dijadikan cerita anak.
tangkuban-perahu
Gunung Tangkuban Parahu atau Tangkuban Perahu jika dalam bahasa Indonesia berada di utara Kota Bandung, tepatnya di daerah Cikole Lembang.  Gunung Tangkuban Parahu mempunyai ketinggian setinggi 2.084 m. Bentuk gunung ini adalah Stratovulcano dengan pusat erupsi yang berpindah dari timur ke barat. Daerah Gunung Tangkuban Parahu dikelola oleh Perum Perhutanan. Suhu rata-rata disini  berkisar 17 oC pada siang hari dan 2 oC pada malam hari. Jalan menuju kesini dipenuhi dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya, sehingga pengunjung disuguhi pemandangan indah sejak jalan masuk ke kawasan Tangkuban Parahu.
gunung-tangkuban-perahuAsal usul Gunung Tangkuban Parahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang, yang dikisahkan jatuh cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi. Untuk menggagalkan niat anaknya menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan syarat supaya Sangkuriang membuat perahu dalam semalam. Ketika usahanya gagal, Sangkuriang marah dan menendang perahu itu sehingga mendarat dalam keadaan terbalik. Perahu inilah yang kemudian membentuk Gunung Tangkuban Parahu.
Gunung Tangkuban Parahu ini termasuk gunung api aktif yang statusnya diawasi terus oleh Badan Vulkanologi Indonesia. Beberapa kawahnya masih menunjukkan tanda tanda keaktifan gunung ini. Di antara tanda aktivitas gunung berapi ini adalah munculnya gas belerang dan sumber-sumber air panas di kaki gunungnya, di antaranya adalah di kasawan Ciater. Keberadaan gunung ini serta bentuk topografi Bandung yang berupa cekungan dengan bukit dan gunung di setiap sisinya menguatkan teori keberadaan sebuah telaga besar yang kini merupakan kawasan Bandung. Diyakini oleh para ahli geologi bahwa kawasan dataran tinggi Bandung dengan ketinggian kurang lebih 709 m di atas permukaan laut merupakan sisa dari danau besar yang terbentuk dari pembendungan Ci Tarum oleh letusan gunung api purba yang dikenal sebagai Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Parahu merupakan sisa Gunung Sunda purba yang masih aktif. Fenomena seperti ini dapat dilihat pada Gunung Krakatau.
parahu-sign
Rute jalan untuk sampai di Gunung Tangkuban parahu adalah melewati pintu tol Pasteur, dilanjutkan ke Jl. Dr. Djunjunan – lanjut ke Pasirkaliki – melewati Sukajadi – Setiabudi – Lembang lalu sampai ke lokasi Tangkubanparahu.

Sumber : http://www.infobdg.com/v2/tangkuban-parahu-wisata-dan-legenda-rakyat/

THR Ir. H. Juanda

Melepas Penat di Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda

Written by  
 
9_s


BANDUNG, infobdg.com – Tingkat kemacetan di kota Bandung seringkali menambah tingkat stress Wargi

juandaBandung. Tidak hanya jumlah kendaraan bermotor, tetapi jumlah penduduk kota Bandung sendiri yang terus meningkat tiap tahunnya. Untuk mengurangi tingkat stress masyarakat, pemerintah kota Bandung tengah giat mempercantik setiap sudut kota dengan taman-taman tematik. Selain taman-taman tematik, ada pula hutan kota yang terletak di tengah kota Bandung dan sudah ada sejak 1922, yaitu Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda.
THR Ir. H. Juanda diresmikan pada tanggal 14 Januari 1985 yang bertepatan dengan hari kelahiran Bapak Ir. H. juanda dan dikukuhkan sebagai Taman Hutan Raya pertama di Indonesia. Hanya dengan membayar Rp. 10.000, kita dapat menikmati keindahan alam dan sejuknya udara yang tentunya bebas polusi. Di dalam taman Hutan raya itu sendiri terdapat berbagai obyek wisata, yaitu
Curug Dago
003-curug-dago
Curug Dago setinggi +/- 15 meter ini merupakan hasil letusan Gunung Tangkuban Parahu. Curug Dago memberikan keindahan dan panorama alam, serta suara gemericik air yang memberikan suasana tenang bagi para wargi Bandung. Keindahan air terjun yang berasal dari sungai Cikapundung ini dilengkapi dengan 2 buah prasasti peninggalan Kerajaan Thailand, serta pondok-pondok kecil yang dapat digunakan para wargi Bandung untuk beristirahat.
Situs_Prasasti_Curug_Dago
Curug Omas
Curug Omas yang terletak di dalam Taman Hutan Raya Ir. H. juanda ini mempunyai ketinggian 30 meter dengan kedalaman 10 meter. Hamparan dasar Curug Omas merupakan pertemuan dua aliran sungai, yaitu sungai Cikawari dan sungai Cikapundung. Tepat di atas curug Omas, terdapat jembatan yang bisa dilewati para wargi Bandung.
296282_10200387479585701_1244171057_n
Goa Belanda
Sesuai dengan namanya, goa ini merupakan terowongan yang digunakan oleh tentara Belanda saat perang Kemerdekaan. Terowongan yang sempat digunakan sebagai PLTA dan gudang mesiu pada zaman penjajahan Belanda ini mempunyai 15 terowongan sepanjang 144 meter dan 2 pintu dengan ketinggian 3,20 meter. Saat ini, terowongan yang biasa disebut dengan goa Belanda banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara. Goa ini pun sering dijadikan wargi Bandung sebagai destinasi untuk mengadu uji nyali.
img_2084
 Goa Jepang
Goa yang dibangun saat zaman penjajahan Jepang ini mempunyai fungsi awal sebagai markas dan gudang senjata. Goa Jepang yang terletak di perbukitan Taman Hutan Raya ini mempunyai 4 pintu dan 2 saluran udara. Saat ini, Goa Jepang dijadikan sebagai tempat wisata alam dan sejarah. Sama halnya dengan Goa Belanda, goa ini biasa dijadikan sebagai tempat untuk mengadu uji nyali bagi para pengunjung.
GoaJepang
Museum Taman Hutan Raya Ir. H. juanda
Taman Hutan Raya tidak hanya menyediakan pesona wisata alam, tetapi juga wisata edukasi. Di area Taman Hutan Raya ini terdapat Museum Ir. H. juanda yang berisikan berbagai piagam penghargaan dan benda-benda pribadi peninggalan pahlawan nasional kelahiran Tasikmalaya yang lahir pada 14 Januari 1911. Selain benda-benda bersejarah, terdapat pula koleksi herbarium serta artefak purbakala yang ditemukan di sekitar lokasi Taman Hutan Raya.
taman_hutan_raya_ir_h_juanda_information_center
Selain bisa menghilangkan stres tempat ini pun syarat dengan sejarah, jadi Wargi Bandung bisa berwisata alam sekaligus wisata sejarah disini. Bagaimana Wargi Bandung, tertarik untuk berwisata kesini?

Sumber : http://www.infobdg.com/v2/melepas-penat-di-taman-hutan-raya-ir-h-juanda/

Bioskop di Bandung Tempo Doeloe

Bioskop di Bandung Tempo Doeloe

Written by  
 
bioscoop bandoeng
BANDUNG, infobdg.com – Bandung dahulu kala merupakan surganya bioskop, sebelum akhirnya bioskop di monopoli oleh perusahaan-perusahaan besar yang menyatu di pusat perbelanjaan. Bioskop di Bandung dahulu kala terpisah dari pusat perbelanjaan, bioskop-bioskop ini berdiri di gedung sendiri. Bioskop yang seperti ini menjamur di Bandung sejak tahun 1900-1970an sebelum akhirnya kalah dengan bioskop yang Wargi Bandung kenali sekarang. Dimana saja bioskop-bioskop itu berada? dan bagaimana nasibnya sekarang?
Panti Karya
images-stories-heritage-panti-karya1-250x374-tahun-1970-1980-bandung-heritage-horz
Gedung tua yang tidak terawat dan tampak menyeramkan menjadi gedung pertama yang merupakan saksi sejarah bioskop di Bandung. Gedung ini adalah gedung Panti Karya yang berada di Jalan Merdeka, tepatnya di depan mall Bandung Indah Plaza dan di belakang Dunkin Donuts. Gedung yang semula dimiliki PJKA ini diganti fungsinya sebagai bioskop karena pemutaran film sedang marak kala itu. Pada saat itu, Panti Karya kerap kali dikunjungi oleh anak sekolah, misalnya pelajar SD Ciujung yang terletak di Jalan Supratman berjalan kaki hingga Jalan Merdeka.
De Rex/ Vanda Theater/ Panti Budaya
BdBdC0VCcAANbWg-horz
Selain Panti Karya, di dekat Bank Indonesia juga pernah terdapat sebuah bioskop yang bernama de Rex yang kemudian diubah menjadi Panti Budaya tahun 1960an. Sama seperti Panti Karya, Panti Budaya juga ditonton oleh pelajar sekolah namun memiliki perbedaan kelas bioskop. Panti Budaya merupakan bioskop kelas 1 dan Panti Karya merupakan bioskop kelas 2. Karena rol film saat itu jumlahnya terbatas, bioskop harus menunggu giliran. Semakin rendah kelasnya makan semakin lambat menontonnya. Kaset film berakhir di layar tancap (feesterrein atau taman hiburan rakyat) Taman Senang, Taman Riang, Taman Warga, dan lainnya.
Pop Theater
Braga-Landmark-horz
Bersebelahan dengan rel kereta api, terdapat gedung Landmark (dulu merupakan toko buku Van Dorp) yang ternyata pernah menjadi bioskop yang bernama Pop Theater. Jika dilihat sekarang, di depan Gedung Landmark ada Bank Anda yang dulu juga merupakan sebuah bioskop bernama bioskop Presiden. Reza, koordinator Aleut!, memberikan pengetahuan tambahan bahwa di balik Bank Anda ini terdapat SD Merdeka yang dulunya merupakan gudang garam. Mengingatkan dengan merek rokok? Kalau melihat bungkus rokok tersebut, maka bisa dilihat gambar bungkusnya berupa rumah-rumah di samping rel kereta api seperti letak SD Merdeka sekarang.
Braga Sky
Tidak jauh dari sana, terdapat Braga Dangdut yang dulunya merupakan bioskop bernama Braga Sky yang sering didatangi pemuda pemudi untuk menonton film nusantara dan film silat pada tahun 1960-1970an. Bioskop ini merupakan bioskop menengah ke atas sehingga tidak semua orang bisa masuk. Sayangnya, pengunjung saat itu sering menonton sambil menghisap ganja.
Helios
Di sebelah Jalan Kejaksaan, pernah ada sebuah bioskop namanya Helios yang dalam Bahasa Yunani memiliki arti Dewa Matahari. Gedung bioskop yang sekarang dipakai rumah makan Bebek Garang ini dimiliki oleh seorang pengusaha penggadaian yang rumahnya berada di Jalan Naripan. Bioskopnya berupa layar tancap (feesterrein atau taman hiburan rakyat) yang berada di dalam gedung. Pengadaan layar dalam gedung merupakan akomodasi dari hambatan sinar matahari yang memantul di layar jika menonton di siang hari. Tidak hanya bioskop, gedung ini dipakai untuk kesenian. Setelah jadi bioskop, gedung ini dialihfungsikan menjadi kantor distribusi kaset. Helios merupakan salah satu cabang dari Bandung Theater yang dulu dikenal di depan Kosambi.
Concordia
aacc
Di samping Gedung Merdeka terdapat gedung New Majestic yang dulunya merupakan bioskop Concordia di tahun 1900an awal. Gedung ini dinamakan Concordia karena berada di sebelah gedung Societet Concordia (sekarang Gedung Merdeka). Concordia memiliki arti Dewa Keharmonisan dan Kedamaian dalam Romawi Kuno. Bioskop ini merupakan bioskop elit dengan aturan Verbodden voor Honder en irlander yang artinya “dilarang masuk bagi anjing dan pribumi”.
Tempat duduknya berundak dan menunjukkan kelas dan harga tiket. Untuk kelas 1 terletak di balkon, kelas 2 terletak bagian bawah belakang, dan kelas 3 di paling depan sehingga mungkin bisa menimbulkan efek pegal-pegal leher. Selain itu tempat duduk laki-laki dan perempuan dipisah, namun pada prakteknya mereka tetap melebur saja.
Bioskop Concordioa dirancang oleh Wolff Schoemacker dengan gaya arsitekturnya sangat khas yaitu penempatan ornamen nusantara seperti Kala yang terletak di bagian atas. Berbeda dengan Kala yang ada di gedung Landmark, Kala di sini memiliki rahang. Secara keseluruhan, gedung Concordia memiliki bentuk seperti kaleng biskuit atau bilken trommel.
Bioskop Regol
Jika sebelumnya gedung-gedung berada di tempat yang terpisah cukup jauh, maka gedung bioskop di alun-alun Bandung letaknya berdekatan (bahkan bersebelahan). Di Jalan Dalem Kaum terdapat sebuah ruko yang dulunya merupakan bioskop Regol untuk kalangan kelas menengah ke bawah sehingga mereka baru bisa nonton film-film nusantara yang sudah ditayangkan berbulan-bulan sebelumnya di tempat lain.
Radiocity
BCFsUuRCEAAP2jX-horz
Di sebelah pendopo walikota Bandung terdapat bioskop Radiocity atau Dian yang dimiliki oleh J.F.W. de Kort dan menayangkan film-film India. Radiocity beroperasi di tahun 1940an. Walaupun untuk kelas menengah, bioskop ini memiliki balkon. Pengunjung diperbolehkan naik ke atas untuk melihat balkon dan ruang proyektor.
Elita Bioscoop
bioskop-elita-bandung
Di sebelah timur Masjid Raya terdapat bioskop yang berentetan (ki-ka) yaitu: 1) Elita Bioscoop adalah bioskop paling elit setelah Concordia dengan orang-orang terpilih yang menonton dengan pakaian rapi dan memakai sepatu. Bioskop ini dimiliki oleh F. A. A Buse, seorang raja bioskop yang memiliki jaringan besar Elita Concern. Bioskop ini dibangun tahun 1910an dengan gaya arsitektur Art Nouveau dan sempat berganti nama menjadi Puspita tahun 1960an, 2) Varia Park yang merupakan feesterrein atau taman hiburan menampilkan gulat, seni tradisional, dan lainnya. Varia artinya serba-serbi, dan 3) Oriental Show yang dibangun tahun 1930an. Sayangnya ketiga bioskop ini dihancurkan untuk dibangun pertokoan Palaguna yang sekarang kondisinya sudah layak dihancurkan juga.
Elita merupakan bioskop yang memutar film Loetoeng Kasaroeng pada tahun 1926. Film ini merupakan film yang memiliki latar belakang Indonesia (konon syuting dilakukan di antara Bandung-Padalarang) dan dibuat oleh perusahaan NV Java Film Co. Sutradaranya sendiri adalah orang Belanda bernama Heuveldorp dan Krugers sebagai kameramen. Tidak bergerak sendiri, mereka bekerja sama dengan bupati Bandung Wiranatakusumah V dimana keluarganya berakting dalam film tersebut. Latar belakang pembuatan film tersebut adalah film-film impor yang hadir sebelum tahun 1926 adalah film-film yang berbau kekerasan dan pemerkosaan sehingga diharapkan film ini dapat menciptakan image bahwa Belanda itu baik. Loetoeng Kasaroeng berhasil ditayangkan selama 1 atau 2 tahun di Elita tanpa henti karena selalu ada peminatnya.
Bioskop di Bandung tidak hanya yang disebutkan di atas karena masih banyak lagi seperti Apollo di Banceuy, Alhambra Bioscoop di Kompa-Suniaraja, Orion Bioscoop di Kebonjati, Vogelpoel Bioscoop di Braga-Naripan, Luxor di Sudirman, Rivoli Theater (kini Rumentang Siang) di Kosambi, Liberty Bioscoop di Cicadas, dan lainnya. Perkembangan dunia perbioskopan zaman dulu diadakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang membutuhkan hiburan. Saat itu bioskop tidak hanya sekedar tempat menonton saja tetapi di beberapa diantaranya yang memiliki balkon terdapat ruangan cafe dengan satu meja dan kursi sehingga bisa ngopi-ngopi.

Sumber : http://www.infobdg.com/v2/bioskop-di-bandung-tempo-doeloe/

Kilometer Nol

Kilometer Nol, Sejarah Awal Mula Berdirinya Kota Bandung

Written by  

0-bandung
Kilometer Nol Bandung

Pada tahun 1810 Gubernur Jenderal Daendels bersama bupati Wiranatakusumah II bertandang ke sebuah lokasi hutan yang akan dilewati jalur pembangunan Grote Postweg (Jalan Raya Pos). Sambil menancapkan tongkatnya Daendels berkata “Usahakan saat aku datang lagi ke sini, sebuah kota sudah dibangun!”.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada 25 September 1810, Bupati Wiranatakusumah II mendapat SK (Surat Keputusan) pemindahan kota kabupaten ke wilayah dimana Daendels menancapkan tongkatnya. Tanggal surat SK itulah yang kini dijadikan patokan sebagai hari lahirnya kota Bandung. Sedangkan tempat dimana Daendels menancapkan tongkatnya itu kini dijadikan titik KM 0 dimana terdapat tugu atau monumen “Kilometer Nol” yang kini letaknya persis di depan kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat atau tepat di seberang hotel Savoy Homan di jalan Asia Afrika Bandung.
Tugu atau monument “Kilometer Nol” tersebut diresmikan gubernur Jawa Barat pada thun 2004. Selain tugu terdapat juga monumen mesin penggilingan (stoomwals) kuno disertai sebuah batu prasasti beruliskan sejarah yang menaungi keberadaannya. Tugu dan monument mesin stoomwals ini didedikasikan bagi rakyat Priangan yang menjadi korban kerja paksa saat membangun Jalan Raya Pos.
Setelah kisah tentang KM 0 buku ini mengurai satu persatu ikon Bandung secara menarik. Ada yang memang mungkin sudah sangat dikenal seperti Gedung Sate,kampus ITB, Gedung Merdeka, dll, tapi ada juga yang mungkin merupakan hal-hal yang belum diketahui khususnya bagi generasi muda Bandung. Kalaupun ikon tersebut sudah dikenal tapi melalui buku ini pembaca akan menemukan kisah kisah menarik dan unik dibalik ikon-ikon tersebut.
Misalnya fakta tentang ikon Bandung paling terkenal yaitu Gedung Sate. Siapa yang menyangka kalau ternyata di halaman Gedung Sate hingga kini masih tertanam empat jenazah pejuang Bandung yang gugur untuk mempertahankan Gedung Sate dari Pasukan Gurkha dan Nica pada tahun 1945. Lalu siapa yang tahu jika di Pabrik Kina yang didirikan sejak 1896 itu memiliki lorong bawah tanah yang melintas di jalan Pajajaran yang hingga kini masih dipakai untuk lalu lintas karyawan pabrik yang hendak menyeberang ke pabrik di seberangnya.
Di buku ini akan terungkap pula bahwa Badak Bercula satu yang kini hanya dapat ditemui di Ujung Kulon konon kabarnya pernah memiliki habitat di Bandung saat masih berupa hutan dan rawa rawa karenanya kawasan itu dinamakan Rancabadak (Rawa Badak) yang sekarang menjadi Rumah Sakit Umum Dr. Hasan Sadikin, karenanya tak heran jika dulu Rumah Sakit tersebut dikenal dengan RS Rancabadak.

Braga Tempo Doeloe
Braga Tempo Doeloe

Di bidang kuliner selain mengetengahkan Brownies Amanda, lotek Edja, Es Oyen, Cireng Cipaganti, dan sebagainya tercatat pula sebuah warung kopi Purnama di jalan Alketeri Bandung yang ternyata sudah berusia seratus tahun dan tidak boleh ditutup oleh pelanggannya. Walau telah berusia seratus tahun namun warung kopi Purnama tidak pernah berniat untuk mengubah warungnya menjadi Kafe atau lebih besar lagi, jadi ia tetap warung kopi yang bersaja hingga kini.
Masih banyak ikon-ikon menarik lainnya, seperti tokoh-tokoh seni (Bimbo, Kang Ibing, Harry Roesli, dll), tempat ibadah (Mesjid Cipaganti, Katedral, Gereja Betel), olah raga ( Pemandian Tjihampelas, Stadion siliwangi, BHHH) dan sebagainya. Kesemua ikon dalam buku ini disusun dengan gaya penulisan jurnalistik karena para penulisnya adalah wartawan HU Pikiran Rakyat.
Dalam menampilkan setiap ikon selalu terdapat sisi unik yang disajikan dengan gaya penulisan feature yang ringkas, padat, dengan bahasa yang mudah dimengerti. Tiap ikonnya umumnya tak lebih dari dua halaman yang dilengkapi dengan sebuah foto hitam putih dan box keterangan berisi data-data tempat seperti tahun berdirinya, alamat, nama pemilik, dsb. Sebagai buku yang mengungkap ikon-ikon Bandung kehadiran buku ini dapat menjadi pelengkap literatur tentang Bandung yang telah terlebih dahulu hadir seperti buku-buku karya Haryanto Kunto (Wajah Bandung Tempo Doeloe, Semerbak Bunga di Bandung Raya, Balai Agung di Kota Bandung, dll), Bandung Citra Sebuah Kota (Robert PGA Voskuil, dkk ), Jendela Kota Bandung (Her Suganda), dan sebagainya,
Yang agak disayangkan dari buku ini adalah editing yang tidak maksimal karena disana-sini masih ada beberapa kesalahan ketik yang seharusnya bisa dihindari oleh editor yang tentunya telah terbiasa mengedit sebuah harian besar. Kesalahan fatal terdapat di halaman 5 dimana tertulis surat keputusan p[emindahan Ibu kota Kabupaten Bandung tertanggal 25 Mei 1810, seharusnya tanggal 25 September 1810 yang tanggalnya dijadikan acuan untuk memperingati hari jadi kota Bandung.

Sumber Buku
Judul : 200 ikon Bandung ; Ieu Bandung Lur!
Penulis : Ahda Imran, dkk
Koordinator Penulis : Zaky Yamani
Penerbit : Pikiran Rakyat

Sumber : http://www.infobdg.com/v2/kilometer-nol-sejarah-awal-mula-berdirinya-kota-bandung/